Mau bagaimana lagi? Cinta ini sudah hilang arti. Haruskah berhenti disini? Beberapa waktu ini kita bercela, tak lagi saling bertukar kabar apalagi cerita. Melewati ruang hampa memang tak mudah. Apalagi untuk kita yang terlanjur binasa. Sejauh ini, kita telah melewati rangkaian jalan setapak yang disiapkan semesta. Dari tertatih hingga berlari. Dari merangkak hingga meloncat. Bukan hanya waktu yang termakan lama, tapi tenaga juga rasa. Katamu, kita terlalu kuat untuk dipisah. Nyatanya kita kalah dengan pihak ketiga. Entah, siapa yang salah. Rasanya, cinta tak mungkin salah arah. Kita dulu sebatas teman, lalu hanyut terbawa perasaan. Sebuah rasa tak bertuan mengantarkan pada titik kehancuran. Hingga hal yang dibangun lama harus hancur berantakan. Tak terhitung berapa purnama yang melintasi cakrawala menyaksikan kita yang berulang kali mengucap kata setia dan selamanya. Namun, semua hanya buaian belaka. Kau bilang aku hanya terbak...
Selamat! Luka, duka, lara, dan kau abadi dalam tulisanku.