Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Tra!

Hari itu kala sang mentari bersembunyi di balik awan kelabu. Hari kelima di bulan Mei. Tiga hari setelah pengumuman penerimaan mahasiswa baru di kampus yang akan aku pijak selama empat tahun ke depan. Ya, Tuan. Walau warna almamaterku tidak lagi senada denganmu aku masih sedikit bahagia, setidaknya kita masih ada di kota yang sama Kau tahu, di luar sana langit serasa ingin menumpahkan air yang telah ditampungnya. Tapi ia masih ragu, kelabu. Padahal pagi ini aku telah berdiri di atas balkon ingin mencurahkan segenap rasa bahagiaku kepada sang mentari. Tapi, semua harus urung. Lagi-lagi mendung. Tuan. Dering telfon darimu membuat jantungku mendadak ingin melompat dari sangkarnya. Ada rasa bahagia juga takut. Takut kau telah tahu apa tujuanku mengejar kota yang sama dengan dirimu, lalu kau menjauh. Aku takut, Tuan.  Ra, kau dimana? Surabaya kah?  Ya, aku di Surabaya Besok temani aku ke Jakarta, nanti aku jemput. Aku sudah pesan tiket pesawat. Tuan, sad...

Tuan

  Tuan. Malam ini aku menatap cakrawala yang dihiasi bebintangan, diatas padang rumput yang luas juga ditemani sahutan suara jangkrik yang memekakan telinga. Ada sebuah tenda yang berdiri gagah di belakangku, juga api unggun yang menyalah garang dekat ujung kakiku, tapi tidak ada kamu di sebelahku. Harusnya aku paham itu. Bahwa semesta takkan membiarkan kita bertemu, apalagi bersatu. Tuan. Kali ini aku ingin menceritakan dongeng kepadamu. Ya, kau pasti tahu. Pasti dongeng anganku tentang masa depan. Tentang menunggu ajal di hari tua. Dan pasti, aku ingin menghabiskan waktu senja bersamamu. Hanya kamu. Kelak, nanti. Kita akan berada di rumah kayu yang kokoh. Dikelilingi kebun juga sawah yang luas. Di ketinggian di atas delapan ratus mdpl kita lebih mudah menyaksikan bebintangan juga mendengarkan sang angin malam bersenandung. Kelak, setiap pagi sebelum kau berangkat mencari sebongkah berlian kau akan terlebih dulu duduk di teras rumah meneguk secangkir teh dan mengg...

Yang Patah kan Tumbuh

Kali ini saya kembali. Selalu, dengan derai air mata yang tiada henti. Mungkin benar bahwa terlalu berharap itu tidak pernah bagus, sebab kecewa masih kerap ikut serta bersama sebuah pengharapan. Tapi, ada satu hal yang membuat saya benar-benar merasa bahwa Tuhan selalu adil kepada hambaNya. Dan doa yang terus digemakan akan mendapat balasnya. Entah itu langsung dikabulkan, esok dikabulkan atau justru Tuhan menggantinya dengan yang jauh lebih indah. Saya percaya itu. Hari ini, tepat tanggal tujuh belas bulan ke empat. Ada segala rasa, bahagia juga kecewa. Tuhan banyak memberi kejutan pada hari ini. Setidaknya saya masih diberi kesempatan untuk menghirup udara malam ini, saya bersyukur. Ya, saya hanya akan menceritakan yang bahagia saja. Bukankah kesedihan itu tidak boleh berlarut-larut? Semoga apa yang terjadi hari ini menambah kuat jiwa ini. Ini bukan cerita tentang bintang ataupun beruang, kali ini tidak. Ada sebuah nama yang kerap saya gemakan dalam doa. Dia, seseo...